Di seputar finansial, saya biasanya menulis mengenai produk-produk investasi, instrumen-instrumennya, dan terkadang nyenggol membahas ETF, tapi belum sempat dibahas secara khsus mengenai ETF (exchange traded fund) ini, ETF sebagai salah satu instrumen investasi efek, jika kita merunut ke definisi yang ada di website IDX.
ETF adalah Reksa Dana berbentuk Kontrak Investasi Kolektif yang unit penyertaannya diperdagangkan di Bursa Efek. Meskipun ETF pada dasarnya adalah reksa dana, produk ini diperdagangkan seperti saham-saham yang ada di bursa efek. ETF merupakan penggabungan antara unsur reksa dana dalam hal pengelolaan dana dengan mekanisme saham dalam hal transaksi jual maupun beli.
Produk dari ETF ini seperti kumpulan produk investasi yang dibungkus dalam bentuk produk ETF, isi dalam ETF bisa berisi saham, obligasi atau produk lain didalamnya dan biasanya mengikuti indeks atau tema.
Salah satu instrumen yang sering digunakan oleh investor adalah instrumen saham, dalam dunia investasi, investasi dengan saham ini ada semacam produk turunannnya, atau menggunakan saham sebagai basis produk dasar dari investasi, salah satu produk investasi yang berbasis saham adalah reksa dana saham.
ETF sering dibanding-bandingkan dengan reksa dana saham karena kemiripannya.
Reksa dana saham
Sekarang kita bahas dulu sedikit mengenai RD Saham, seperti reksa dana lain pada umumnya, ada manajer investasi yang mempunyai kumpulan dana (AUM) yang dikelolanya, yang kemudian akan dibelikan saham sebagai aset dasarnya, apa saja konstituen sahamnya ini tergantung dari manajer investasi yang akan memilihnya, ada yang berdasarkan index, ada yang berdasarkan sektor, dan aja juga yang secara aktif memilih saham mana yang akan masuk ke produk reksa dana sahamnya, MI wajib melaporkan saham apa yang menjadi konstituennya.
Hal lain mengenai reksa dana adalah, penghitungan aset dan nilai aktiva bersih (NAB) dilakukan setelah pasar bursa ditutup, sederhananya, berapa jumlah AUM (asset under management) dibagi dengan jumlah unit, ini bisa menghasilkan “harga” unit reksa dana naik atau turun, yang berujung terhadap kinerja dari manajer investasi, apakah produknya berkinerja baik atau buruk.
Perhatikan kalimat yang ditebalkan di atas? artinya kita tidak akan tahu kinerja investasi reksa dana kita pada hari itu, sampai dengan pasar tutup, kinerja ini diwakili dalam bentuk Nilai Aktiva Bersih (NAB) atau kalau dalam bahasa asing, NAV (Net Asset Value), ini berlaku untuk jenis reksa dana pasar uang, pendapatan tetap, campuran atau saham.
ETF
Ada satu produk investasi lain yang memiliki kriteria yang agak mirip dalam beberapa hal dengan produk reksa dana saham, yaitu ETF (Exchanged Traded Fund).
ETF memiliki kriteria yang mirip dengan RD saham, dengan pembeda utama yaitu perhitungan NAB yang dihitung pada hari yang sama ketika pasar bursa buka, jika ada perubahan harga, maka akan terrefleksi dalam harga ETF tersebut.
Bedanya lagi ETF dengan RD Saham, ETF ini bisa dibeli pada jam bursa, dan kita bisa mendapatkan unitnya saat itu juga, berbeda dengan RD saham yang mana harga yang “benar” akan didapat pada akhir jam bursa, dan ketika kita membeli unitnya, biasanya kita akan mendapatkan unitnya keesokan harinya (ada beberapa MI yang mungkin lebih).
Keuntungan menggunakan ETF sebagai investasi
Diversifikasi
Seperti nature-nya reksa dana saham yang memiliki banyak saham sebagai konstituen produknya, ETF juga memiliki sifat diversifikasi, dalam satu produk ETF bisa berisi banyak saham dan juga produk lainnya, jadi tidak selalu 100% saham, terkadang ada MI yang memasukkan juga produk lain seperti deposito atau obligasi sebagai hedging/pelindung dari kemungkinan turunnya nilai dari saham konstituen, hal ini biasanya didefinisikan di dalam prospectus ETF tersebut.
Dengan diversifikasi saham yang ada di dalam ETF, kita secara tidak langsung membeli banyak saham yang terrefleksi didalam produknya, dan biasanya ETF ada yang mengikuti indeks sebagai acuan, atau tema, dan ada juga MI yang memilih sendiri saham-saham yang menjadi konstituennya, atau sering juga disebut investasi aktif (lawan investasi pasif yang biasanya mengikuti indeks).
Diversifikasi ini biasanya menggunakan persentase dari sektor yang berbeda, jadi jika satu sektor sedang turun, yang lain tidak ikut turun.
Sebagai contoh, kita coba buka produk ETF dari Indopremier, yang bernama Premier ETF IDX High Dividend 20 dengan simbol XIHD, dan juga dari BNI Asset Management dengan simbol XBNI, di dalam ETF ini jika dilihat saham yang menjadi konstituennya, bisa berisi banyak sektor yang berbeda, dan sesuai dengan prospectus, tidak sampai 20% bisa dalam bentuk kas atau setara.
Biaya
Investasi di ETF memiliki biaya/fee yang dibebankan, biaya ini memang relatif terhadap produk masing-masing, ini biasanya sudah ditulis di prospectus, dan ETF memiliki biaya admin yang lebih rendah dibanding dengan reksa dana saham.
Fee manajer investasi rata-rata di angka maksimum 1% dari nilai investasi pertahun, dan bank kustodian 0.15%, sedangkan RD saham bisa sampai maksimum 3% pertahun untuk fee MI, dan bisa lebih dari 0,10% untuk bank kustodian (terkadang ada yang meminta sampai 0,30%), dan terkadang ada juga fee frontend load (fee ketika membeli produk RD) dan backend load (fee ketika menjual RD).
Intinya, RD Saham bisa saja memiliki fee admin lebih besar dibandingkan dengan ETF.
Kinerja
Kinerja ETF bisa sangat bervariasi, tidak selalu bisa mengalahkan pasar, tapi tidak juga selalu jelek, jika kita bandingkan antara memilih dan membeli saham secara individual, kita bisa saja mendapatkan imbal hasil yang besar, tapi tidak semua orang bisa mendapatkan imbal hasil yang tinggi.
Dengan ETF, kinerja kita mengikuti indeks acuan, misalkan contoh di atas, ETF mengikuti IDX30 High Dividen, dan juga indeks MSCI, yang mana, jika indeks acuan tersebut turun, bisa dipastikan produk ETF tersebut akan turun juga, dan jika naik, maka akan naik juga, dan biasanya indeks memiliki kemungkinan naik dalam jangka waktu yang panjang.
Liquiditas
Terkadang kita ada saatnya kita harus menjual aset kita, mungkin memang sudah saatnya, atau keperluan lain, di ETF, memiliki tingkat likuiditas yang tinggi, dan cepat, meski ini sangat bergantung terhadap produknya sendiri, ada beberapa ETF yang dormant, jadi pastikan ETF yang memiliki transaksi yang aktif.
ETF bisa dijual dijam bursa, dan langsung terealisasi (jika ada yang beli tentunya), dan dana hasil penjualan aset tersebut bisa diambil (mengikuti aturan masing-masing sekuritas).
Investasi di ETF
Saat ini investasi di ETF belum begitu populer dalam opini saya, karena mungkin orang-orang belum terbiasa meski sudah diperkenalkan sejak tahun 2007, dan investor lebih mengenal reksa dana, dan mungkin juga lebih memilih membeli saham secara individual.
Saya sendiri invest di ETF, karena alasan kepraktisan dan juga gak mau banyak dipusingkan dengan harga saham yang naik turun, yang bisa jadi bikin deg-degan (meski saya tetap punya saham individual).