← back to home

Reksa dana vs ETF, mana yang cocok?



Photo by Clay Banks from Unsplash

Karena kemiripan 2 produk ini, terkadang suka ada pertanyaan produk apakah yang cocok, atau lebih baik untuk investasi? dan ini bisa jadi pertanyaan yang akan terus ada.

Di sini saya lebih memilih katak “cocok mana” daripada lebih untung mana, karena ini investasi yang sangat bergantung pada pasar bursa, tidak ada yang tau pasar akan mengarah kemana, naik atau turun.

Dan seperti pertanyaan-pertanyaan lain, jawabannya adalah tergantung, hehehe…

Semua tergantung dari waktu yang kita punya, tergantung dari dana yang kita punya juga, dan sedisiplin apa kita dalam melakukan investasi di produk ETF atau reksa dana.

Investasi dengan reksa dana

Reksa dana sepertinya produk investasi yang sudah lumayan lama di Indonesia, dengan banyaknya produk yang beredar di pasar, bisa kita lihat data di sini , tapi ingat, tidak semua produk reksa dana bisa diakses oleh investor ritel umum dari aplikasi seperti Bibit, Bareksa, Ajaib atau lainnya, ada produk yang memang hanya dikelola oleh manajer investasi untuk client yang dikelola oleh perusahaan investasi tersebut.

Dari banyaknya produk reksa dana, semua memiliki karakteristik yang hampir sama dalam pembuatan produknya, yang berbeda adalah aset yang terkandung didalamnya (biasa disebut konstituen), ada yang isinya produk deposito, obligasi, saham dan lainnya.

Dari perbedaan jenis produk dan juga konstituen, ada salah satu persamaan yang yaitu fee, setiap produk itu memiliki fee yang menjadi beban investor.

Reksa dana, tergantung dari jenisnya, juga tergantung bagaimana reksa dana tersebut dikelola, bisa aktif atau pasif, biasanya memiliki fee yang lumayan, biasanya di atas 1%, terkecuali beberapa produk reksa dana berbasis indeks, ada yang bisa dibawah 1%, tapi itu sebelum perhitungan expense ratio yang biasanya ada di produk, makin sering MI tersebut melakukan transaksi di produk yang ada didalamnya, semakin besar expense rationya.

Reksa dana sendiri memiliki jenis produk yang berbeda-beda, setidaknya ada 4 jenis reksa dana konvensional yang investor kenal dan investasikan,

  • Pasar uang
  • Pendapatan Tetap
  • Saham
  • Campuran

Ada jenis reksa dana lain seperti sukuk, indeks, terproteksi dan produk lainnya.

Masing-masing jenis reksa dana memiliki jenis aset yang berbeda-beda didalamnya, dalam pemilihan aset yang dimasukkan ke dalam produknya, ada yang mengikuti indeks ada yang secara aktif melakukan pemilihan aset yang ada di dalamnya.

Investasi dengan ETF

ETF di sisi lain, yang secara konstruksi produk merupakan reksa dana juga, salah satu pembeda adalah bagaimana ETF di perjual belikan dan dibuat.

Saat ini ETF yang diluncurkan di Indonesia lebih banyak dalam bentuk saham yang menjadi aset didalamnya, meski ada juga yang menjadi “campuran” seperti di reksa dana, tergantung dari prospectus yang dibuat oleh manajer investasi, biasanya yang campuran ini isinya saham dan obligasi, deposito atau cash, persentasenya didefisinikan di prospectus.

Aset dasar dari ETF biasanya (meski tidak selalu) berupa saham, dan aset lain seperti obligasi atau deposito, porsi dari alokasi aset biasanya ditentukan di dalam prospectus ETF.

Didalam prospetus ini juga, seperti halnya reksa dana konvensional, memiliki komponen fee, fee yang dikenakan oleh manajer investasi terhadap aset yang dimiliki oleh investor, fee yang dikenakan sangat variatif, ada yang mahal ada yang murah, biasanya ini berhubungan dengan seaktif apa manajer investasi dalam mengelola aset yang ada didalam produk ETF.

Karena ETF dapat diperjual belikan di jam bursa, maka, ETF terasa lebih “likuid” dibanding dengan reksa dana konvensional, karena reksa dana konvensional harus menunggu beberapa hari kerja jika kita menjual unit yang kita punya, sampai bisa cair dan ditransfer ke rekening yang didaftarkan.

Dalam pembuatan unit, ETF lebih transparan, artinya kita tahu apa isi dari ETF tersebut, dan dengan membeli produk ETF tersebut, kita tahu saham apa saja yang dibeli (kalo ETF basis saham).

Pilih mana?

Ini kembali lagi ke kesanggupan dan selera risiko investor dalam investasi, karena ETF pun tidak lepas dari risiko, risiko pasar yang tidak menentu, hingga individual aset saham yang ada didalamnya sebagai konstituen jika sedang turun, maka NAB akan ikut turun juga, dan juga kalo investor login ke aplikasi brokernya, melihat harga yang naik turun kadang suka cemas, nah kalo seperti ini, sepertinya ETF tidak cocok untuk saat ini.

Karena di dalam dunia ETF ada 2 harga, harga pasar dan harga yang tertera di NAB.

Jika investor lebih suka yang agresif, dalam artian aset dikelola dengan aktif, ETF yang memiliki karateristik aktif bisa dipilih, dan jika lebih suka yang pasif, biasanya ETF indeks, bisa juga memilih ETF yang mengikuti indeks sebagai acuan aset yang ada didalam produk tersebut.

Perhatikan kinerja manajer investasi dan fee-nya

Perlu diingat juga, kalo ETF tidak selalu lebih baik dibanding dengan reksa dana, begitu juga sebaliknya, atau dengan instrumen lain, semuanya kembali ke bagaimana pasar bekerja dan juga bagaimana manajer investasi melakukan pekerjaannya.

Terkadang manajer investasi memiliki kinerja buruk, apalagi jika portofolionya disusun secara aktif, maka akan banyak faktor dan biaya yang membuat kinerja dari produk reksa dana atau ETF tersebut berubah-ubah, makin aktif dikelola berarti makin banyak pula biaya operational dan pajak yang keluar, dan bisa jadi keuntungan yang didapat malah tergerus biaya operasional dan pajak.

Masing-masing reksa dana dan ETF yang dikeluarkan oleh manajer investasi juga membebankan biaya admin atau fee terhadap investor, mereka akan mengambil jatah fee-nya dari total portofolio kita, tidak peduli kita sedang untung atau rugi, karena fee itu pasti ada.

Karena ETF lebih sederhana dan transparan dalam unit produknya dan lebih efisien dibanding dengan reksa dana, maka biasanya ETF memiliki fee admin lebih rendah dibanding dengan reksa dana.




Related Posts